Sajak Seseorang


Kerinduan

Kembali malam menegur hariku. 
Kembali hening menemaniku. 
Ingatan akan dirimu tak terelakkan.
Tiap hembusan nafas jadi kerinduan.
Tak kala hari menjemput fajar menyapu kerinduaan menyambut pertemuan.

Biarkan kata merasuk dalam hati dan terngiang dalam pikiran.
Riuk pikuk suara manusia seakan bising tak hingga terhenti.
Seakan hati tertutupi oleh ego pikiran.
Seimbangkan hati dan pikiran.
Yakin usaha dan doa akan membawaku bersamamu ke masa depan.

Genderang Hati

Riang suara dentingan malam tak merubah kondisi.
Terdengar indah kala membentuk alunan.
Hanya genderang hati yang sering bergemuruh.
Sang pemilik hati tetap menunggu pemikatya.
Sang waktu bagai penguasa tak berujung.

Tak lebih dari kertas putih yang tak bernoda.
Kita manusia penentu sikap pada waktu.
Kita manusia tak lebih penentu dari apa yang telah titahkan.
Tergiring dalam cinta kepadamu dan kepada yang menyayangimu.

Jauh

Sepi malam ini cantik ada bulan.
Kini ku berada jauh darimu.
Tak ada wujudmu yg mampu kulihat.
Setiap kerinduan menuntut kehadiran dirimu.

Tak bisa ku jawab tuntutan kerinduan ini.
Ku hanya bisa menampung tuntutan akan kehadiran dirimu.
Kuhanya bisa menjawab hanya hati yg bisa kuhadirkan.
Untuk mengikat kerinduan nan jauh.

Memilikimu

Kata berbuah tanda.
Tinta bertanda noda
Setiap bahasa memiliki makna
Setiap sikap berbuah kesan.
Makna dirimu telah tergores jelas dihatiku.
Dalam bentuk cinta dan kasih sayang.

Rintik hujan mngiringi ku jauh kedalam kerinduan
Senyummu adalah kunci yang membukanya.
Hanya lewat hayalan ku bisa menerobosnya.
Tak hayal ku bersyukur memilikimu saat ini.

Rangkaian Rasa

Biarkan kegelapan merangkulmu.
Biarkan keheningan menemanimu.
Dalam malammu yang indah, dalam mimpimu yang bermakna.
Kuharap dirimu menemukanku di sana.
Sebagai pengobat rindumu padaku.

Bola yang bergulir tak memiliki titik henti.
Ombak yg bergelombang juga tak kan pernah terhenti.
Begitupun udara yg behembus.
Rangkaian rasa yang telah lama bergulir dan berputar dalam diriku tak akan terhenti. 
Kini dirimu telah merasuk dlm diriku dan ikut bergulir mengiringi hidupku.
Teruslah di sampingku.

Bersamamu

Melihat dirimu dari kejahuan membuat hal dalam pikiran dan hati menjadi berbunga.
Sungguh diri ini bangga dpt menjadi seorang yg dicintai olehmu.
Dirimu tegar bagai tebing di terjang badai.
Dirimu sejuk bagai pohon yg dpt langsung beradaptasi dengan lingkungannya.
Diriku nyaman saat bersamamu.

Tak ada hari yang tak bermakna.
Berkatalah dalam hatimu kepada siapa kamu berjuang hidup.
Hati akan menjawab bahwa cinta.
Kita hidup karena sesuatu yg dicintai.
Termasuk dirimu bagiku.

Kehadiranmu

Kedinginan tak terbendung.
Hanya kanvas yang berhak menodainya.
Terungkap hanya sebuah lukisan.
Kesabaran bagai air tak terkira.

Deras dan tenangnya aliran akan selalu mengalir.
Dirimu adalah bagian dariku.
Kini tak kubiarkan dirimu pergi.
Karna jika kau pergi diriku akan cacat.
Cacat tak ada artinya.

Masa Depan

Kembali ku sendiri.
Dalam gelapnya tenda.
Suara jangkrik yg saling bersahutan menggiringku ke dalam kelamnya suasana.
Tak terusik namun terus berbisik.
Sang hati penjaga hati teruslah menggema.

Kuniatkan sebuah masa depan untuk meraih cita-cita.
Kulakukan proses hidup yang tak biasa untuk hasil luar biasa.
Menjadikan masa lalu pelajaran terbaik untuk menggapai hasil lebih baik.
Tiada rasa yang tak ternoda, tiada masa yang tak pernah jaya.

Penyejuk Hati

Kini tak tampak sore menyambut petang.
Hanya awan gelap yang tampak lebih jelas.
Rintik air dari langit mengusik riuhnya percakapan masing-masing manusia.
Hanya nyanyian mereka pemecah hujan, namun tak kunikmati.
Rasanya ingin dekat cintamu kini.

Cuaca tak dapat ditebak.
Terik sang matahari tak dapat diukur.
Rintik hujan akan menjadi penyejuk dikala sang matahari lelah.
Kini penyejuk tak lagi rintik hujan bahkan matahari.
Namun penyejuk adalah diri kita sendiri, ketika kita tersenyum bahwa setiap hidup kita punya arti.

Rembulan

Ini adalah kebahagian namun tak tahu akan berakhir menjadi kisah atau sebagai lamunan,
bahkan sebagai sejarah.
Tertunduk dalam sebuah lingkaran birokrasi dengan penghayatan sebuah pengabdian bagi negeri.
Terangkai sebuah kisah yang tak tau akan kemana arahnya. 

Memikirkan sebuah rembulan kadang tak dapat menggapainya, 
namun kini ku telusuri sang rembulan setiap jejak mengkiaskan gambaran kehidupan.
Kenyataan sang rembulan hanya dapat ditelusuri tapi tak dapat dimiliki kini.
Setelah ku tahu bahwa begitulah keadaan sang rembulan maka kupersiapkan untuk memilikinya.
Tertidur bukan jalannya, melangkahkan kaki pun secara perlahan bukan jalannya.
Berlari hingga terbang yang diinginkan bagi sang pencapai bulan.

Isyarat

Terdengar merdu saat dilantunkan, terlihat indah saat digerakkan.
Namun tak diketahui sejatinya sebuah isyarat.
Setiap lantunan merdu memiliki maksud tersendiri, begitupun gerakan.
Ketika beralun kuharap itulah maksudnya, ketika bergerak kuharap itulah isyaratnya.

Ini lah hening, pikiran dapat larut dalamnya.
Hati tenggelam dibuatnya.
Pikiran kaku di hadapannya.
Genggaman udara yang dapat mengusiknya. 












Tidak ada komentar:

Posting Komentar